Pada beberapa postingan sebelumnya, saya sempat berkata akan membuat postingan tentang curahan hati saya paling dalam mengenai apa yang waktu itu sedang memanas di social media manapun. Entah mengapa semuamuanya ribut dan banyak opini yang menjelek-jelekkan. Okay, you know what I mean. PEMILU CAPRES 2014.
Plus satu lagi, serangan agresi Israel pada Palestina di jalur Gaza. But, this one is not as "hot" as the first one.
Jadi, ceritanya kebetulan saya ada di warnet dan lagi fokus mengerjakan sesuatu. Sekalian saya buka beragam socmed saya (cuman dua sih sebenernya, plus blog waktu itu). Timeline saya isinya full tentang dua berita itu.
Pertama, saya akan bercerita tentang masalah Gaza. Sungguh, hati saya miris banget melihat foto anak-anak kecil yang terluka maupun meninggal akibat agresi Israel. "Kudu banget, ya, anak kecil?" pikir saya pas melihat foto-foto menyedihkan yang menyerbu timeline saya. Sejujurnya, saya nggak terganggu dengan itu semua, meskipun sebenarnya nggak tega juga ngeliatnya. Beberapa link yang menggelitik rasa simpati saya, akhirnya saya share. Sampai-sampai ada beberapa orang yang seperti "protes" karena hal tersebut. Bukan secara khusus protes kepada saya, but to everyone who had so much attention to this war. They think it was too much. Agak kesel sih saya bacanya. Bukan karena opini mereka yang rasanya nggak support saudara sendiri yang lagi jihad, tapi ada yang nggak saya paham. Opini mereka bisa disebut benar, saya nggak mengingkari, tapi adapula yang terlalu memojokkan. Ya, bagi orang-orang yang udah banget stand up for our religion, mereka bakal share sebanyak mungkin hal-hal yang menurut mereka orang harus tahu, niat mereka sebenernya baik lho. Tapi, bagi orang yang biasa-biasa macem saya, ada yang merasa keganggu dengan hal-hal itu. Bagi saya, sebenernya nggak terlalu penting memojokkan hal-hal macem begitu. Semakin nggak penting ketika kemudian ada perdebatan antara yang pro dan yang kontra. Serius, males bacanya. Tapi, kalau dibalikin lagi ke prinsip tiap orang, pasti beda lah. Ada yang berprinsip dan berpikiran A itu benar dan B salah, adapula yang berpikiran sebaliknya. Bukankah kita seharusnya udah saling mengerti satu sama lain? Kalau saya sih, ketika ada sesuatu yang mengganggu timeline saya (contoh debat soal capres), yaudah skip aja. Dan bagi yang ngeshare juga sebaiknya diperhatikan orang-orang yang ada di timelinenya *note to myself too*, siapa tahu ada yang terganggu atau bagaimana. Tapi, insya Allah yang saya share kebanyakan kata-kata yang menurut saya lucu, menghibur, atau memotivasi. Atau kutipan-kutipan sajak. Maaf deh kalau pernah share yang "nggak layak" (atau mungkin contoh realnya share link blog saya? :'( )
DAN yang kedua, yang paling saya males, but has been being an endless topics. Sudah saya bold di paragraf awal. Ini nih yang sampai sekarang bikin saya males dengerin update.annya. Bisa jadi saya udah nggak peduli terhadap nasib ke depan bangsa ini. Kalau mau nyalahin, ya jangan salahin saya dong. Salahin artikel-artikel yang "susah untuk dipercaya" itu. Artikel apa? BANYAK GUYS!
Jujur, pas pertama saya tahu capres cuman dua itu doang, saya udah langsung nggak minat. Saya nggak condong ke dua-duanya, tapi saya nggak golput dong, hehe. Perkara yang mana yang saya pilih, bener-bener ngitung kancing mungkin, ya. Bener-bener asal coblos, karena bagi saya bobot kelebihan maupun kekurangan dua calon sama aja. Cuman berbekalkan bismillahirrohmanirrohim *jleb*.
Yang saya heran, rasanya pemilu sekarang sudah nggak pakai asas LUBER JURDIL (Langsung Bebas Rahasia Jujur Adil) lagi ya? Apa sudah ganti? Jadi LUBET CURSEK (Langsung Bebas Terbuka Curang Sekarepe dhewe) kali ya? Jujur, saya ikutan pengen emosi baca beragam artikel, sampai-sampai saya nggak tahu yang mana yang benar. Allahu'alam. Bahkan, yang bikin saya kecewa banget, ada media yang kekeuh dukung salah satu calon gara-gara pemiliknya berkoalisi sama salah satu calon. Pfft~
Harusnya media itu netral. Nggak hitam maupun nggak putih. Apa ya? Abu-abu? Pokoknya nggak mendukung apapun karena media itu sumber informasi yang membentuk perspektif masyarakat. Puncaknya pas tanggal 22 Juli kemaren. Entahlah, begitu tv di rumah hidup di depan saya, saya langsung ambil remote dan ganti ke channel NGC, at least kalau ada tayangan "Numbers Game" atau "24 Hours in A&E" saya langsung aja mantengin tv, atau kalau nggak saya langsung pindah ke channel yang nayangin film 24 jam. Nambah ilmu, dapet hiburan lagi daripada stress mikirin mana yang bener antara satu berita dengan berita yang lain.
Saya rasa orang-orang itu masih belum bisa bersikap dewasa. Bukankah pemilu itu ajang untuk memilih pemimpin? Bukankah rakyat yang memilih pemimpin? Terus kalau menang, merasa memiliki negara gitu? Emang Indonesia ini dulu dibeli sama moyang lo dari Belanda? Kemerdekaan Indonesia itu dibeli dengan harga mati dengan perjuangan para pemuda! Jadi, udah serahin ke rakyat aja buat memilih yang mana yang menurut kami pantas jadi pemimpin kami. Kalau menang, jangan ngerasa bangga dulu, perjalanan baru dimulai. Kalau kalah, yaudah toh legowo aja. Gregetan banget sebenernya sama beberapa elit yang cuman mementingkan diri sendiri. Jujur, kalau bisa milih lagi sih saya milih pak SBY lagi. Jujur sejujur-jujurnya, ya meskipun partainya banyak yang korup sih, tapi pak SBY-nya udah cukup baik membawa Indonesia hingga titik ini. Perjuangannya 10 tahun lho, nggak bentar banget itu. Naik-turun pasti ada dan sudah sewajarnya. Nggak akan ada pemimpin yang sempurna kan kecuali Rasulullah SAW.
Huft, jujur gregetan saya udah nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti saya kecewa, bukan dengan (yang katanya) pelaksanaan pemilu yang gagal, tapi karena sikap calon-calon pemimpin dan relawannya yang menghalalkan semua cara untuk sekedar menang. Ini masih pemilu lho ya. Kalau pas pemilu sikapnya udah begitu, gimana jadi pemimpin nanti? 5 tahun lho guys! 5 tahun itu sama sekali nggak sebentar! Sudah sekaharusnya pemuda dan masyarakat berpikir rasional dan menutup telinga dari semua bisikan. Sudah seharusnya kita menimbang-nimbang. Jangan cuman melihat dari janji-janji manis pas kampanye, atau kepentingan golongan atau SARA mana yang dipentingkan. Buka mata hati dan pikiran.
Bagi saya sih, dua-duanya sama aja. Lihat aja nanti hasil kerjanya. Bukankah itu yang sebaiknya kita lihat? Karena buat saya, masa kampanye is just a bullshit.
Dan semoga yang menang ini bisa amanah ya, membawa Indonesia yang lebih baik lagi :) 2015 udah AEC lho, paling tidak pemimpin baru ini tahu persiapan apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi AEC. Good luck!
No comments:
Post a Comment