It's very early morning when suddenly there's something coming to my mind. Setelah sehari mengkhatamkan dua novel Tere Liye (Al-Qurannya kapan khatam btw, Ret?), ada yang membuat hati saya sedikit tergerak untuk menuliskan postingan random. Ya, random karena saking abstraknya topik yang akan saya tuliskan, lol.
Jadi, beberapa hari ini saya sering bolak-balik Gramedia untuk mengecek apa buku yang saya tunggu sudah available atau belum, dan ternyata belum. Dan, saya cukup kecewa karenanya. Untungnya masih ada novel Tere Liye yang belum pernah saya baca di kumpulan buku 'Best Seller'. So, I grabbed it, and I 'ate' it clearly until this morning. Salah satu novelnya punya judul yang sangat indah, that's really a beautiful title, tapi entah mengapa saya 'kurang' suka isinya. Bukan karena storyline-nya jelek, sangat bagus. Keren bahkan. Cuman saya sedikit sensitif dengan genre yang dibawa: percintaan.
Semenjak saya patah hati sepatah-patahnya *ehem*, saya 'kurang' tertarik membaca novel bergenre percintaan. Apa ya? Sejenis sakit hati, atau cemburu lebih ke iri. I'm so jealous with those love stories that have a happy or even sad ending. Why? Because I do hate reading those lovebirds or the lovey-dovey. Apapun endingnya, pasti mereka punya sebuah cerita bersama yang menyenangkan, so memorable. But, what I got here? Just pain dan sakitnya tuh di sini banget, lol. No, no. I don't mean anything, just saying. Saya nggak bakal minta pertanggungjawaban penulisnya atas nasib saya kok, lol.
Btw, it's true. I don't know but I feel hurt. Dan novel yang saya habiskan dalam waktu beberapa jam saja ini semakin membuat hati saya teriris karena endingnya nggak jauh beda sama punya saya. Iya, mengenaskan banget, tapi bukan jones juga. Bahkan mungkin kalau saya jadi karakter di novel itu, sakitnya udah dimana-mana, lol.
But, it's okay to feel pain. Berarti hati kita masih ngerasain yang namanya berbagai macam perasaan, daripada hati kita jadi mati rasa. For me, pain is learning. Kita nggak mungkin langsung bisa naik sepeda kalau nggak bolak-balik jatuh pas latihan, ya kan? Bedanya, tempat hematomnya beda.
Dan semenjak saya patah hati itu, entah kenapa saya semakin nggak siap kalau bentar lagi sudah mau semester akhir. Means I will graduate soon and get a job, get the monthly salary. Entah kenapa saya rasanya ingin terus belajar dan belajar. Bahkan saya sempat berpikiran untuk 'melanjutkan sekolah' abroad yang open house-nya setiap tanggal 15 Oktober. Tapi, tuition fee dan living cost di sana sungguh sangat mahal, apalagi kalau kurs rupiah begini-begini aja nggak menguat signifikan, dan mencari full scholarship untuk degree jurusan yang saya pilih itu rasanya seperti mencari jarum ditumpukan jerami, oke ada jarumnya tapi buat nyarinya butuh mata yang jeli dan peruntungannya nggak sembarangan. Belum lagi saya harus lolos minimal IELTS 7,0 atau TOEFL pBT 600 atau TOEFL iBT 110. Saya juga harus mengikuti sejenis SAT, UCAS, dan adapula test khusus untuk jurusan yang dipilih, yaitu BMAT (fiuh, lebih ribet dari ppmb lokal emang). Yang paling ngeri itu cost-nya. Buat persiapan begini aja saya yakin cost yang terbuang nggak cuman sejuta-dua juta. Ya, bisa dibayangin lah ya kalau saya nggak bisa dapet full scholarship plus living cost, entah saya jadi apa di sana, lol. Tapi, tidak ada salahnya kan kita optimis sedikit. Tuition fee di sana per tahun saja sudah cukup mencekik leher, seriusan. Selain itu, buat lulusnya lamaaa. Okay, maybe it will become your big question, but sorry I can't tell you further about it, lol.
Intinya, saya ingin belajar lagi. Saya ingin 'melanjutkan sekolah'. Kalau bisa sih sebenarnya di sini saja, tapi di sini tidak ada program yang mendukung dan only available abroad. Tapi, dengan kendala biaya sebesar itu, saya rasa saya tidak punya pilihan untuk bekerja dulu, ngumpulin duit sama cari sponsor, siapa tahu ada yang berbaik hati mau menyekolahkan saya di sana, aamiin ya rabbal alamiin.
Semoga Allah selalu memberikan saya petunjuk dan jalan terbaik, aamiin ya rabbal alamiin.
Dan teruntuk kamu, selamat berbahagia :)
No comments:
Post a Comment