Click If You Want To Know

Saturday 28 July 2012

Because Allah Knows More Than We Ever Imagine

   Saya nangis baca postingan saya yang ini.

   Haha, this is not my first time using Indonesian for my blog post. Karena saya udah nggak nahan pengen nulis blog, tapi lagi English mode off.

   Life has been so hard here in Bogor. Allah ngasih cobaannya ada aja, yang akhirnya menuntut saya untuk keep strong, keep patient, and keep optimistic. Nggak perlu saya cerita, saya rasa sudah banyak yang tahu. Well, the date counter on my blog seems not so useful right now. Saya baru menyadari ketika saya membuka blog saya setelah sekian lama vacuum. Vacumm karena saya pikiran saya semburat, nggak tahu arah jalan alias tersesat, lol.
   Trus saya buka satu persatu postingan saya. Ya, saya nangis. Meskipun nggak baca postingan saya sendiri pun saya tetap menangis. Cengeng sekali, ya, saya? 
   Ya, bayangkan saja puding panas *mentang-mentang lagi puasa omongannya makanan terus*. Ketika dia masih hangat, meski ada selaput yang menyelubungi bagian atasnya yang mendingin, ia tetap saja rapuh karena di bagian dalam masih basah dan panas. Tapi semakin lama, puding itu mendingin juga dan bagian dalamnya pun akan mengeras. Nah, kurang lebih itulah gambaran apa yang saya rasakan sekarang.
   Memutuskan suatu perkara itu sangat susah. Harus ada kekuatan hati yang mendampinginya. Kalau kita tidak yakin, bisa-bisa keputusan itu akan menjadi bencana bagi kita. Berpikir itu memang selalu perlu, tapi memahami apa yang kita inginkan dengan hati itulah part tersulit. Dan ketika saya memutuskan sesuatu itu benar-benar... apa yang saya anggap perlu untuk dilakukan. Insya Allah demi kebaikan semua pihak. Ya, saya menemukan alasan yang spesial untuk mendukung keputusan saya, alasan fundamental, alasan yang merapuhkan.
   Saya terkesan dengan kata-kata yang dituliskan Onil di blognya beberapa pekan lalu. Dan salah satunya cukup menguatkan hati saya. Dibilang masih sayang,  iya saya masih sayang. Dan benar, sayang itu nggak cukup. Kalau kita sama-sama saling menyayangi tapi pada akhirnya Allah punya rencana yang lebih baik, kita juga nggak bisa menentang, kan? Just wish all the best.

why we bothered with love if it never lasts? - Taylor Swift

   Saya ingat betul kata-kata yang pernah saya ucapkan dulu dan beberapa hal yang pernah saya lakukan. Dan mungkin memang 'pertanda' meski saat itu saya sempat ketakutan hal ini akan benar-benar terjadi. But, Kun Fayakun! Yang terjadi, terjadilah.
   Box yang sudah saya siapkan lebih dari setahun lalu itu pada akhirnya hanya akan tersimpan busuk di kamar saya, tanpa bisa saya memberikannya. Tidak apa-apa.
   Then, I explored more and I found this. Saya tertawa membacanya. Saya ingat betul apa yang terjadi hari itu.
   Dan, saya tidak akan melupakan momen ini. Momen paling menyesakkan bagi saya.
   Well, selama hampir sebulan matrikulasi, hampir tidak ada materi yang bertahan 24 jam di otak saya. Parah. Bagaimana saya mau dapat nilai A? Lumayan sulit untuk survive di sini, dimana saya masih butuh pelukan sahabat-sahabat saya, dimana saya masih butuh pelukan Ibu saya, dimana saya masih butuh semangat darinya. Pernah saya merasa down sama sekali, dan yang terlintas di pikiran saya adalah dia. Biasanya, saya langsung sms dia dan minta dia untuk mengirimkan hal-hal lucu supaya saya bisa tertawa, meskipun akhirnya dia tidak melakukan apa-apa. Tapi, meskipun begitu, dapat sms dari dia pakau emoticon smiley saja sudah cukup membuat saya semangat.
   Saya pernah bilang, dia bukan prioritas saya. Bukan sama sekali. Tapi dialah penopang saya untuk bisa meraih dan mewujudkan prioritas saya. Dialah tangga yang membantu saya untuk naik. Dan sekarang, siapa yang akan menjadi tangga saya itu untuk membantu saya survive dari matrikulasi fisika umum?
   Beruntungnya, di sini, di asrama, saya mempunyai banyak teman-teman yang menyenangkan. Ketika bersama mereka, saya bisa melupakan apa yang galaukan. Tapi begitu saya sendirian, pikiran itu kembali menyergap.
 
   Beberapa hari lalu, saya sempat ikut ESQ, dan alhamdulilah saya mendapat pencerahan. Namun, ada banyak hal yang mengingatkan saya tentang dia, pribadi dia yang membuat saya sampai seperti ini. The one I remembered was when I asked him whether he had cried or not while getting ESQ and he answered, "Ya kalau nggak nangis, berarti hati kita belum terbuka. Kata guru agamaku kayak gitu kan terapi hati biar hati kita terbuka." Dan entah kenapa saya merasa termotivasi karena saya sendiri tidak terlalu suka acara yang seperti itu, crying all the time. Tapi akhirnya saya sadar.
   Sebenarnya tidak apa-apa kita tidak menangis ketika kita di doktrin hal-hal macam seperti itu karena tangisan itu sebenarnya ada di bawah alam sadar kita, tergantung bagaimana hati kita menerimanya. Ketika hati kita terbuka dan mau menerima semua doktrin tersebut, maka tanpa sadar ada perasaan terharu dan perasaan lainnya yang menggugah hati kita yang akhirnya membuat kita menangis. Menangis itu bukan kelemahan, justru itulah titik terkuat dari diri manusia. Menangis itu bukan hal cemen karena menangis itu berarti alam bawah sadar kita tengah dibangunkan, tengah disadarkan. Menangis itu rasa, menangis itu bukan hal yang patut kita jaimkan. Ya, asal jangan sering-sering nangis aja sih.
 
   And the other one is when they told a story about Nabi Muhammad SAW. Sebelum itu dijelaskan terlebih dahulu tentang leadership. Leadership means influence. Dikatakan pemimpin karena ia dapat memberi pengaruh sehingga memiliki pengikut, berbeda dengan pimpinan yang hanyalah sebuah jabatan. Contoh saja, ketua kelas adalah seorang pimpinan kelas. Namun, jika di dalam satu kelas itu terdapat satu anak yang bisa mempengaruhi teman-temannya untuk memberontak, maka dialah sang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang bisa memberi pengaruh kepada orang lain sehingga orang tersebut mengikutinya. Nabi Muhammad adalah pemimpin sejati karena dapat mengeluarkan umat-umatnya dari jalan yang penuh dosa, memberikan pengaruh positif sehingga umat-umatnya berada di jalan Allah.

  Pemimpin. Pengaruh. Dua hal yang rasanya ingin saya tekankan terus menerus. Seperti yang telah saya sebutkan pada poin pertama, dia telah mempengaruhi saya ke arah yang jauh lebih baik. Dan saat itu saya menyadari, dia pemimpin saya? Yang mengeluarkan saya dari jalan yang 'gelap' menuju jalan yang 'terang'? Haha, lebay. But I'm totally serious.
 
   #deepbreathe
 
   Iya, benar. Saya belum bisa lupa sepenuhnya. Troy aja susah buat lupa 100% kok meskipun sekarang cuman tinggal 1% doang. Padahal sudah lama sekali, iya, lama sekali.
   Saya hanya bisa minta kekuatan, itu saja. Apalagi? Berharap yang terbaik. Okelah. Ya, saya sepenuhnya pasrah dengan apa yang ada di depan sana. Yang bisa saya lakukan hanya berusaha yang terbaik dan mengharapkan yang terbaik. Dan kini yang menopang saya untuk mewujudkan prioritas saya adalah prioritas saya itu sendiri.
   Dan saya tidak pernah berharap untuk mempunyai hubungan yang buruk pasca semua yang terjadi. Tapi kenyataannya, well, it's getting worse. Hal itu yang rasanya membuat saya sedih berkepanjangan. Now, he's so far away. Mungkin dia marah sama saya, mungkin dia kecewa berat, mungkin dia memang sudah tidak mau peduli, mungkin dia sudah mau melupakan, atau mungkin benar 'orang itu' adalah dia, entahlah. Tapi saya tidak bisa begini terus. Menyedihkan sekali apa yang pernah dia ucapkan pada kejadian pertama tidak bisa ia lakukan kali ini. Selalu begitu, selalu seperti itu, tidak pernah ada aksi, selalu hanya ada janji dan kata-kata. #deepbreathe Saya ingin sekali bisa akrab dengannya, menjadi teman baiknya, atau sahabatnya, atau bahkan hanya tempat sharing, atau bahkan menjadi adiknya because he's a nice brother. Saya sangat menyayanginya dan saya ingin rasa sayang itu saya curahkan sebagai teman baiknya. Saya tidak ingin putus komunikasi, atau bahkan silaturahmi. Itu saja. Saya tidak ingin mengulangi kesalahan untuk yang kesekian kalinya: there's a space between someone I like and I. Tapi sepertinya masih perlu waktu untuk itu semua.
 
   Tapi insya Allah, Allah selalu ada untuk saya, begitu juga orang tua saya dan teman-teman saya. Betul, harus ada perubahan and I won't let this burden bring me down. Akan ada hal terbaik yang menunggu di depan, pasti. Entah apapun itu.
 
Seperti ranting yang rapuh, sekuat apapun ia bertahan di atas pohon, jika ada angin kecil nakal yang meniupnya, maka robohlah ia. Dan biarkan ia jatuh karena suatu saat, akan ada ranting lain yang lebih kokoh yang akan tumbuh.

   Tuhan yang mengirimkan dirinya padaku. Dialah bulan yang menyinari malam kelam. And he's the only exception, yeah he is. Ketika ketakutan yang selalu mengantui itu akhirnya menjadi kenyataan, the only word I want to tell is only Thank You So Much. Terima kasih untuk semua yang sudah kamu berikan. Canda, tawa, senyummu, kata-katamu, semua kenangan kita. No matter who you are right now, may I say,  I can't lie. I'm not losing you, I'm just losing the inside of youthe only one I miss. And this is the story of us. It's a love story, baby just say yes.

   Semoga kita temukan kebahagiaan kita di depan sana. I'm sorry for everything.











The first and the last, as what I have been afraid of.
Now you're always standing there. J'ai toujours en attente.
Je ne sais pas pourquoi

No comments: