Click If You Want To Know

Monday 16 June 2014

Postingan Akhir Semester (Curhatan Yang Mau Semester 5)


     Well, di tengah hecticnya persiapan UAS dan penyelesaian laporan serta tugas akhir, grup kelas kuliah saya seperti mendapat “angin segar” dengan berita menikahnya salah satu teman saya. Iya, teman angkatan saya, satu kelas. Berita bahagia itu sebenarnya sudah menyebar cukup lama. Dan di awal Bulan Juni ini ia melakukan akad maupun resepsi pernikahannya. Teman-teman saya, yang notabene kebanyakan bermental anak kosan, lol, kidding guys, banyak yang bersemangat untuk menghadiri acara resepsi pernikahan. Ya, saya yakin mereka ke sana bukan cuman mau cari makan gratis, tapi juga ingin mengucapkan selamat berbahagia karena telah menempuh hidup baru untuk salah satu teman kami J. Semua orang merasakan sukacitanya (berasa kayak tahun baru aja, ya). Ya, alhamdulillah bisa mengendurkan ketegangan akibat segala kesibukan UAS preparation + kegiatan yang berjubel banget akhir-akhir ini. Setelah itu... welcome to the hell world named FINAL EXAMINATION! *buang kertas* *buang modul* *grab novel*


   Saya ikut bahagia banget sama berita pernikahannya salah satu dari teman kami. Semoga pernikahannya langgeng sampe maut memisahkan, selalu diberi kebahagiaan, kehrmonisan, penuh dengan cinta serta kasih sayang, dan diberkahi Allah SWT, aamiin J.

   Oke, kalau boleh jujur, saya sedikit galau gara-gara itu. Bukan galau karena jodoh belum datang, bukan. Galau karena... well, apa yang saya takutkan ketika saya berada di penghujung umur 19 tahun saya... terjadi. Entah kenapa, meskipun sudah beberapa bulan berumur 20 tahun, saya seperti masih tidak siap dengan kenyataan yang membentang setelah ini. Real life isn’t that easy, guys, but this is life and this is real.

   Benar apa kata teman saya, “Setelah ini, berita siapa jadian sama siapa itu kayaknya bakal jadi berita yang biasa aja, ya. Yang WOW itu berita siapa nikah sama siapa. Tahu nggak, yang beberapa bulan lalu nikah, sekarang udah hamil, lho.”

   Ya, topik yang dikonsumsi untuk cucu Adam AS yang berumur semakin baligh seperti ini bukan lagi “Eh, tahu nggak? Dia jadian sama dia lho!”, nggak. Bakal lebih berat dari itu.

   Kenyataan bahwa saya memasuki periode itu akhirnya seperti tamparan keras untuk saya, bahwa ini bukan sekedar mimpi di siang bolong. Yes, once again, IT’S REAL! Bahwa saya tidak boleh lagi main-main dengan yang namanya keputusan, apalagi masih berpikiran seperti anak kecil bukan lagi waktu yang tepat untuk itu. Intinya, ya kuliah yang bener, biar nilai bagus terus bisa lolos masuk di BI. Itu aja. Kegiatan? Mengimbangi dong. Saya sadar, bukan waktunya saya untuk iri-irian karena hal sepele, ngambek juga gara-gara hal sepele, jatuh cinta seperti monyet ke monyet lain. Intinya, tidak ada lagi permainan. Semua harus dijalani bener-bener, semuanyaa harus diputuskan dengan kepala dingin. Semuanya. Because there’s no way back. Masa belajar dan mencoba kamu serasa sudah selesai. Kini yang kamu hadapi adalah sesuatu yang lebih nyata. Analoginya seperti ketika kamu selama ini hanya di belakang kursi kemudi simulasi mobil di Tim*ezone. Kamu bisa seenaknya saja menabrakkan mobilmu di sisi-sisi jalan yang ada di layar depanmu. Kamu tidak akan terluka, tidak ada pula kerugian yang kamu timbulkan. Kali ini kamu dihadapkan pada kursi kemudi yang sebenarnya, mobil yang sebenarnya, kamu akan menyetir dengan sebenar-benarnya, ketika bertabrakan kamu akan terluka, akan ada kerugian yang kamu timbulkan. Sama-sama menyetir, sama-sama menghadapi jalanan, namun kali ini sakitnya lebih terasa. Pernahkah berpikir seperti itu?

   Di kebanyakan film pasti bahagia banget kalau sudah memasuki umur yang lebih dewasa. Kalau di film-film Amerika, Eropa, Jepang, Korea, dll pasti mereka senang karena begitu mereka dewasa, mereka bisa melakukan apa saja yang mereka lakukan, seperti minum, dan perbuatan masiat lainnya. Kalau di Indonesia saya yakin anak-anak muda merasa senang ketika mereka memasuki umur dewasa karena mereka kini punya KTP, apalagi SIM, lol. Because I felt that way, too, except having ID Card. Tapi, semakin dewasa, seharusnya semakin paham dengan konsekuensi yang akan mereka hadapi di depan. Bahwa berpikiran seperti anak kecil tidak akan berlaku lagi, konsekuensinya akan terjadi seleksi alam.

   Apa seleksi alam itu? Tergantung kasus yang terjadi.

   Tapi, seleksi alam tidak berarti punah. Bisa jadi, seleksi alam itu hanya bersifat sementara, tergantung seberapa kuat kita bertahan dan memperbaiki diri.

   Oke, topik yang sangat rawan untuk makhluk-makhluk berusia seperti ini adalah: Jodoh. Mau dia masih kuliah, sudah lulus, sudah kerja, pasti fitrahnya sudah mikirin jodoh, jodoh, jodoh, lol.

   Duh, sebenernya juga nggak mau bahas topik beginian lagi -__-, tapi salah satu teman saya mengilhami saya untuk menulis hal ini. Bukan teman saya yang menikah itu, ada satu lagi. Yang saya tahu, dia sedang galau. Banget. Nggak mungkin juga saya menceritakan masalahnya di sini, intinya dia ada masalah dengan cowok(nya).

   Lucu aja kisah mereka yang sama-sama tidak mau mengalah. Perasaan mereka ingin sama-sama didahulukan. Saya ingin memberitahu sesuatu, tapi terkadang saya takut karena kepercayaan seseorang terkadang berbeda. Terkadang saya hanya melihat mereka, mendengarkan teman saya curhat, mungkin apa yang saya katakan tidak akan masuk ke logikanya, tapi saya terkadang berusaha untuk meyakinkan bahwa... bersabarlah sebentar.

   Saya bukan sok menasehati karena saya punya banyak pengalaman. Pengalaman pacaran saya hanya satu kali, tapi dari sana saya mengerti banyak hal. Bagaimana kita mengendalikan diri, bagaimana kita memahami pasangan (udah kayak pasutri aja -___-), kapan kita memperjuangkan perasaan, kapan kita mengalah. Yang saya lihat, mereka berdua kadang nggak nyambung sama apa yang mereka perjuangkan masing-masing. Si cowok maunya begini, si cewek bilang maunya begitu, si cowok sepertinya kurang paham, akhirnya tengkar lagi. Jujur, terkadang saya sedih melihat mereka berdua. Pernah sekali saya melihat mereka berdua duduk bersama dan saling tertawa. Legaaa rasanya mereka baikan. Tapi lihat deh setelah itu -___-

   Haaah, jatuh cinta itu memang kebanyakan makan hati. Sepertinya keputusan saya untuk mengosongkan hati untuk sementara adalah pilihan yang tepat. Nggak mau mikirin pacaran, apalagi nikah. Cuman bisa berdoa ke Allah, ketika saya sudah memenuhi semua misi saya sebelum menikah, maka pertemukan saya dengan jodoh saya, dan semoga jodoh saya dokter, aamiin ya rabb, lol!

   Mikirin tanggung jawab ke orang tua saja sudah cukup berat, apalagi nambah satu lagi orang yang dipikirin. Saya nggak mau terganggu sama itu semua dulu. Hem, mungkin dia mikir yang sama juga. Semoga iya, karena ketika dia akhirnya bisa membuat keluarganya tersenyum, saya juga ikut bahagia J

   Dan untuk teman saya, Tasha Nakita, selamat menempuh hidup baru J. Cepet punya momongan yaa biar kita-kita anak AGB 49 cepet dikaruniai ponakan, he he.

   Well, saya nggak mau dipusingin sama nyari jodoh. Bagi waktu antara rapat-kuliah-rapat-kuliah aja udah pusing kok, lol. Okay, selamat bermabok ria dengan laporan + materi UAS! Ganbatte! J

#semangatindirisendiri #nggakadayangnyemangatin #nggakjadidisemangatin #semangatjugabuatAGB49 #semangatjugabuatdosen #semangatUAS #semangatbuatAGB48 #semangatbuatskripsibuatAGB47 #semangatbuatanakFEM #semangatbuatanakIPB #selamatdatangangkatan51 #selamatujianuntukanakBojes #selamatujianuntukrumahBalebak #SaveTheDate #11harimenujuhomeland #semangatIP4 #semangatnilaiA #ganbatte #kebanyakansemangat #maboksemangat #okedahsemangatajabuatsitu


1 comment:

Anonymous said...

semangat Retno :)