Click If You Want To Know

Friday, 6 June 2014

Apa Impianmu Hari Ini?


   Pernah nggak pas masih sekolah kepikiran mau jadi apa pas sudah besar, mau masuk kuliah mana, mau berkecimpung di dunia seperti apa?

   Most of you must've thought about it, I'm pretty sure. Now the real question is, apa kuliahmu atau dunia kerjamu sekarang sudah sama seperti yang kamu bayangkan dulu? Atau paling nggak nyerempet lah, atau masih batu loncatan dulu kek atau gimana?

   Before that, I want to share about my dream. Pretty old dream.


   Sejak kecil, impian saya hanya satu: Jadi Pegawai Bank.

   Dari kecil, saya paling suka kalau ayah atau ibu saya membawa saya ke bank. Saya sering kagum melihat mbak-mbak CS atau mbak-mbak teller yang cantik-cantik, murah senyum, rapi, seragamnya bagus, suaranya merdu pas lagi menyapa customer. Saya sering berpikir, pasti orang-orang yang bekerja di Bank itu dapet duit gajinya uang baru terus. Ya, siapa sih yang nggak suka sama baunya uang baru? Kertasnya masih mulus, belum banyak lipatan, baunya juga sangat khas dan entah kenapa saya menyukainya. Mungkin, cita-cita menjadi pegawai bank bukanlah sebuah cita-cita mulia, hmm lebih cita-cita yang sedikit materialistis, apalagi dengan alasan keinginan saya yang... well, you know what I mean. Notabene saya masih seorang gadis berukuran mini dan belum sekolah, lol.

   Alhamdulillah, cita-cita itu bertahan sampai saat ini. Tapi, tidak bisa dipungkiri dengan kemajuan teknologi sekaligus masuknya era globalisasi yang semakin memoderninasi berbagai sistem informasi yang dapat mengubah pola pikir seorang homo sapiens yang mengalami pertumbuhan seiring berjalannya waktu *tarik napas dulu*, interest saya tentang cita-cita saya menjadi pagawai bank semakin lama semakin berkembang. Dari yang hanya sekedar CS atau teller, kemudian Ibu banyak menasehati saya bahwa banyak orang yang bekerja di bank itu ada di belakang meja kasir alias di belakang layar. Tepatnya, jika kalian bisa melihat para CS yang mondar-mandir memasuki sebuah pintu yang kebanyakan bertuliskan 'Selain Karyawan Dilarang Masuk', nah kalian bisa melihat berbagai aktivitas lainnya dari sebuah bank. Adapula orang-orang yang bekerja di lapangan, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, yang saya tahu biasanya mereka survei atau menagih orang-orang yang mengajukan kredit. Entah dibagian mana sebenarnya yang saya ingin, yang penting, bagi saya waktu itu, saya berada dalam anggota tim tersebut. Lama-lama saya ingin menjadi seorang manajer atau direktur cabang bank tersebut, dan impian saya stuck pada satu posisi, Gubernur Bank Indonesia.

   Entah saya tidak pernah tahu kenapa saya ingin berada di posisi itu saat ini. Yang jelas, ketika saya masih duduk di bangku SD, Ibu saya pernah berkata bahwa gaji seorang Gubernur Bank Indonesia maupun Deputinya bisa mencapai ratusan juta, hampir dua kali lipat atau lebih gaji Presiden Indonesia. For the fact, it's true. Tapi, waktu itu saya hanya mengagumi sekedar itu saja tanpa memiliki minat untuk bekerja di posisis tersebut. Dan entah sejak kapan, saya benar-benar ingin menjadi seorang Gubernur Bank Indonesia, mungkin ketika saya duduk di bangku SMA. Saya berpikir bahwa menjadi Gubernur Bank Indonesia mungkin pekerjaan yang sangat memusingkan namun (sedikit) menantang.

   Karena impian saya itulah yang akhirnya mengantarkan saya hingga sejauh ini. Bersekolah di Bogor bukanlah hal yang pernah muncul di pikiran saya. Dari saya kecil, saya bermimpi untuk bersekolah di Surabaya, Universitas Airlangga tepatnya. Namun, waktu itu saya masih belum tahu ke jurusan mana saya akan melanjutkan sekolah saya. Ibu, Pakdhe, bahkan Tante saya selalu mengarahkan, "Kamu sekolah di Fakultas Kedokteran aja. Jadi dokter kayak Mas Agung." But, unfortunately I didn't have any feeling to be a doctor. Bahkan Tante saya pernah nyeletuk, "Ngapain kamu jadi pegawai bank? Pegawai bank itu cuman bagus di seragamnya thok. Kalau kamu pengen punya penghasilan banyak, kamu mending jadi dokter sekalian, dokter spesialis. Sekarang, siapa dokter yang nggak kaya?"

   And I felt so hurt when I heard them all. I was quiet for few seconds and I just answered, "Ya, mending jadi istrinya dokter aja sekalian. Ntar aku cari suami dokter aja, Te."

   Semenjak itu, siapapun yang menyarankan saya masuk ke kedokteran, saya selalu menjawab, "Nggak usah repot-repot sekolah ke kedokteran kalau mau jadi Bu Dokter. Jadi istrinya dokter kan bisa."

   Sometimes it's just a kidding, but then seems like I really want to be a wife of a doctor :)

   Back to the topic!

   Begitu saya di sini, sekolah di jurusan Agribisnis, jurusan kece banget lah, lol, saya belajar banyak hal tentang pemasaran, keuangan, dan lain-lain yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Fyi, nilai mata pelajaran ekonomi saya ketika SMA juga nggak bagus-bagus amat, lol. Di sini, saya sempat mendapatkan mata kuliah Makroekonomi, and feels like I enjoy this course so much! Saya suka banget dengan materi-materi yang berbau makroekonomi. Menghitung inflasi, suku bunga, GDP, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain. I got the feeling! Mata kuliah itu kemudian menjadi satu-satunya mata kuliah favorite saya hingga sekarang. Pernah kepikiran mau ambil makroekonomi lanjutan, namun saya urungkan niat itu karena... well, entahlah apa yang membuat saya mengurungkan niat saya itu. Dan, menjadi salah satu tim di Bank Indonesia is my next step after being a Sarjana Ekonomi, dan saya sudah sangat mantap dengan hal itu. Doakan semoga saya bisa berusaha dan mendapatkan yang terbaik, aamiin :)

   Sebenarnya saya memiliki cita-cita lain, yaitu menjadi astronom dan well-known author/writer. Saya follow account NASA di instagram (see @NASA @airandspacemuseum @nasajohnson @roscosmosofficial and @iss) dan saya melihat berbagai foto-foto, tidak hanya foto tentang pengamatan luar angkasa, tapi juga foto internal tentang kegiatan di kantor NASA, dan juga foto-foto kegiatan di International Space Station (ISS). Subhanallah, saya sungguh takjub melihat itu semua. Ada keinginan saya bisa bergabung menjadi salah satu bagian dari mereka, dari tim mereka. It'd be so awesome! Nggak perlu saya jadi astronot (tapi boleh juga sih kalau mereka maksa), saya melihat bahwa mereka yang bekerja di sana mostly have the same passion! Acara internal mereka pun sepertinya juga cukup menyenangkan. I really want to be part of them so much! Tapi, untuk bisa belajar astrophysics maupun astronomy secara otodidak tidak akan semudah itu. Terkadang ada niatan saya untuk ikut tes masuk universitas lagi dan memilih satu-satunya jurusan astronomi di Indonesia (well, you know which university), tapi saya selalu urungkan niat saya ketika saya ingat Ibu. Ibu selalu bertanya-tanya ketika saya menyinggung-nyinggung ingin masuk di astronomi, "Kamu mau kerja jadi apa kalau kuliah di sana?"

   "Peneliti di LAPAN," jawab saya. Napas Ibu seketika lebih berat dan berkata, "Sekarang lulusan astronomi itu berapa? Lapangan kerja yang dibutuhkan LAPAN tiap tahun berapa? Kamu yakin bakal masuk? Beda, nduk, kalau kamu masuk fakultas ekonomi. Kamu mau jadi apa aja bisa, banyak lapangan pekerjaannya. Kamu mau di bagian asuransi, leasing, bank, bisa. Kalau astronomi? Kamu mau jadi apa?"

   Dada saya serasa sesak dengan pertanyaan itu. Sejak itu, saya menjadi sedikit tidak tertarik untuk masuk di Fakultas Ekonomi dan saya merasa (sedikit) menyesal berada di jurusan saya sekarang, karena pada akhirnya saya bukan menjadi Sarjana Pertanian seperti teman-teman lainnya yang masuk di jurusan Agribisnis di universitas lain, pada akhirnya saya akan menjadi Sarjana Ekonomi  seperti ayah dan ibu saya mau, titel yang sebenarnya saya hindari karena saya juga ingin menjadi peneliti. Tapi, saya juga tidak dapat memungkiri bahwa saya masih ingin bekerja di Bank Indonesia.

   Sekali lagi, saya menyesal bukan karena saya tidak cocok dengan jurusannya, namun dengan titel yang akan bersanding di belakang nama saya nanti.

   Well, jalan saya untuk meraih impian saya memang sangat berliku dan diiming-imingi banyak sekali pilihan, namun saya sadar saya (mungkin) tidak akan bisa meraih semuanya. Saya harus memilih yang terbaik. Tapi, saya yakin Allah selalu membimbing saya menuju destinasi yang terbaik untuk saya. All I have to do is just tawakal, ikhtiar, try, try, try, be grateful.

   Well, saya ingin sekali menulis tentang topik ini gara-gara seorang teman saya. Yang saya tahu, dia ingin sekali sekolah di STAN, kemudian dia memilih untuk masuk kelas IPA karena menganggap bahwa anak-anak yang diterima di STAN kebanyakan dari jurusan IPA. Dia sangat baik dipelajaran IPA, terutama Biologi. Lama-lama, cita-citanya berubah. Sebenarnya, dia juga ingin sekali menjadi seorang dokter, namun entah kenapa ia seperti tidak minat untuk memilih jurusan itu. Mungkin ia kurang percaya diri terhadap kemampuannya. Seiring berjalannya waktu, keputusannya untuk melanjutkan dimana pun terus berubah, berputar, tanpa tujuan. And now, you can see him in where he belongs to! Entah kenapa, sampai sekarang pun saya merasa bangga, terutama ketika saya ingat pada waktu dia tiba-tiba mengatakan bahwa ia membulatkan tekad untuk memilih jurusannya sekarang demi keluarganya. Saat itu, saya tersenyum lebar. Saya juga mendengar bahwa Mamanya sangat bangga ketika ia bisa membuktikan diri bahwa dia bisa melanjutkan di sana. Saya sangat bersyukur. Semoga ia selalu diberi pentunjuk serta jalan yang lurus untuk menjadi profesinya nanti. Aamiin.

   Btw, he's getting older few days ago. Wish him all the best always!

   Well, kini bertanyalah pada dirimu sendiri. Apakah tempatmu berada kini merupakan cita-citamu atau masih batu loncatan? Apakah benar kamu berada di jalan menuju cita-citamu, impianmu? Apakah ini benar-benar yang kamu inginkan? Jika tidak, maka aku rasa Allah ingin menunjukkanmu jalan yang lebih baik, siapa tahu di depanmu akan ada impianmu yang terbentang seluas padang rumput, atau ada sesuatu lain yang memang lebih baik daripada mimpimu. Tapi, tetap ber-huznudzon-lah pada Allah karena Allah yang merangkul semua mimpi-mimpimu dan Ia akan menunjukkan tempat terbaik untukmu untuk meraihnya. Hanya saja, mungkin jalannya lewat sini dulu :)

   Never stop dreaming!




No comments: