Click If You Want To Know

Friday 6 June 2014

Hujan (di) Bulan Juni

Hujan Bulan Juni
karya: Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon berbunga itu

1989

"
  Pertama kali saya jatuh cinta dengan puisi ini adalah ketika saya membaca judulnya: "Hujan Bulan Juni". Benar, seharusnya tidak ada hujan di Bulan Juni karena, jika cuaca masih menuruti prosedur musim, Juni adalah musim kemarau.
   Tapi, tidak. Bukan karena Juni adalah musim kemarau yang menjadi kecintaan saya selanjutnya pada puisi ini.

   Saya punya buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Dan di sanalah saya untuk pertama kalinya tahu puisi ini. Saya sempat terkejut karena di buku Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala juga disinggung mengenai puisi ini. Memang, bagi saya puisi ini rasanya dalem banget maknanya.
   Kalau Kak Azhar memiliki interpretasi sendiri tentang makna puisi ini, I have some, too. Memang, interpretasi puisi menurut satu orang dengan orang lain seringkali berbeda. Ada yang menganggap puisi ini menceritakan tentang sesuatu A, dan ada juga yang berpikir sebaliknya. Bagi saya...
"tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu"

   Kerinduan menimbulkan ketabahan pada siapa saja yang merasakannya. Rintik hujan menggambarkan kerinduan dengan sempurna, seakan-akan rindu itu terkandung dalam bulir hujan yang jatuh di atas bumi dan kemudian meresap ke dalam tanah. Seolah-olah rintik rindu itu hanya milik pribadi, ia mengendap di dalam tanah, tak tersampaikan. Ia seperti tak membiarkan aliran rindu itu ikut meresap ke dalam pohon-pohon. Sekali lagi, rintik rindu itu kemudian tak akan pernah jatuh di atas orang yang ia rindukan, rintik rindu itu tak akan tersampaikan. Dan biarlah rindu itu menjadi rahasia, biarlah rindu itu menjadi pelipur lara meski harus mengerang kesakitan. Biarlah rindu itu menjadi rahasia yang mengendap di dasar hati.

"tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu"

   Seakan-akan ia telah melangkah, namun terhenti. Maka, kali ini ia membiarkan hujan menghapus segala jejaknya, segala kenangannya, segala langkahnya. Ia ingin sekali terus melangkah, namun ada sesuatu yang memberhentikannya. Ia bukan tak sanggup lagi melangkah, ia hanya tak ingin melangkah terlalu jauh. Kali ini ia hanya bisa membiarkan rintik hujan menghapus segalanya, meskipun dengan hati perih dan pedih, namun ia tahu mana yang lebih baik ketika harus memilih: berhenti atau terus melangkah. Ia dengan bijak membiarkan seluruh perasaannya terhapuskan oleh hujan.

"tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon berbunga itu"

   Maka, kali ini ia hanya bisa terdiam. Kata-kata yang tertahan di ujung tenggorokannya hanya bisa berhenti di sana dan ia biarkan rintik hujan mewakilinya berbicara kepada bumi, kepada langit, kepada semesta. Maka, ia tinggalkan apa yang seharusnya terucap bersama rintik hujan yang kemudian meresap ke dalam tanah, dan dibiarkannya semua kata-kata itu terambil oleh pohon-pohon, menjadikan mereka berbunga. Ia tidak akan pernah kehabisan kata-kata, hanya saja ia tak sanggup untuk mengungkapkan. Motivasinya berhenti di sana, seolah-olah kata-kata itu kemudian menjadi ampas yang sepatutnya dibuang.

   Semuanya hanya bisa dilakukan oleh hujan di bulan juni, dimana rintik-rintiknya mengandung kerinduan, kenangan, serta apa-apa yang tak terucapkan. Karena hanya hujan di bulan juni semuanya menjadi tak tersampaikan. Karena hanya hujan di bulan juni semuanya menjadi metafora. Dan karena hanya hujan di bulan juni semua kerinduan, kenangan, serta apa-apa yang tak terucapkan menjadi bentuk nyata. Bahwa puncak dari segalanya dimulai di sini, dimulai di bulan ini, dimulai dari rintik pertama bulan juni.

   Meskipun kali ini di Bogor hujan di bulan juni pertama jatuh pada tanggal 5 Juni 2014, namun baginya yang merupakan bentuk kerinduan, kenangan, serta apa-apa yang tak terucap, hujan itu jatuh beberapa waktu lebih awal. Mengawali seluruh rangkaian hujan di bulan juni, seakan-akan ia yang mengambil komando seluruh alam. Selalu.


   Bagi saya, rindu, kenangan, serta apa-apa yang tak terucap biarkan ia turun ke bumi, agar Allah bisa memeluk semua itu karena saya yakin Allah tersenyum ketika mengetahuinya. :)



No comments: