Betapa konspirasi semesta itu hadir lewat skenario Tuhan yang terkadang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Dan, kami hanya manusia bodoh yang mencoba menafsirkan kejadian alam dengan pengetahuan serba terbatas kami, tanpa tahu apa paragraf akhir dari semua kisah yang Tuhan telah tuliskan.
Itu yang kemudian membawa saya tenggelam dalam pemikiran tentang hakikat cinta. Diperkuat dengan kisah romantis yang dituangkan dalam buku karya kak Azhar Nurun Ala yang berjudul Tuhan Maha Romantis yang diam-diam saya baca di tengah ke-hectic-an jadwal kegiatan saya di kampus.
Dari sana, saya banyak 'mencuri' kisah, 'mencuri' kutipan, 'mencuri' pesan, dan kemudian menyisipkannya pada kisah pribadi saya. Agak lebay sih sebenarnya, lol. Setidaknya, setelah membaca buku tersebut, saya melek.
Well, buku yang ditulis Kak Azhar ini benar-benar penuh dengan inspirasi. Buku ini bercerita tentang bagaimana seorang Rijal Rafsanjani menemukan dan memperjuangkan cintanya kepada seorang perempuan muslimah yang sholihah bernama Annisa Larasaty. Rijal yang berasal dari keluarga sederhana akhirnya semakin dekat dengan impiannya dengan diterimanya ia menjadi mahasiswa Sastra Indonesia FIB UI. Rijal bertemu dengan banyak orang yang mengilhaminya, salah satunya Kak Laras yang menjadi kakak asuhnya sekaligus inspirator bagi Rijal dalam hal berpuisi. Ternyata, pertemuannya dengan Kak Laras sudah terjadi bahkan sebelum ia bertemu langsung dengan Kak Laras, hanya saja momen ketika Rijal melihat Kak Laras membacakan puisi 'Hujan di Bulan Juni' karya Sapardi Djoko Damono, membuatnya jatuh hati pada perempuan itu. Semakin lama, Rijal seperti semakin mengenal Kak Laras. Kak Laras yang supel, baik hati, dan menyenangkan, semakin merebut hati Rijal. Rijal menyadari bahwa ia jatuh cinta. Namun, ia tidak bisa semudah itu mendekati Kak Laras karena ia sadar betul apa yang membatasi perasaannya: kepercayaan. Ia banyak becerita tentang perasaannya ini pada ayahnya maupun ustad kepercayaannya. Maka, ia memutuskan untuk menikahi Kak Laras setelah Kak Laras wisuda nanti. Pada kenyataannya, ketika Kak Laras menyelesaikan sidangnya, Kak Laras pergi dan menghilang. Rijal berusaha mencarinya, namun tak ada sedikitpun kabar tentang keberadaan Kak Laras. Setelah lima tahun berlalu, Rijal akhirnya bertemu dengan Kak Laras. Ternyata Kak Laras selama ini tinggal dan bersembunyi di Wellington, New Zealand karena harus mengikuti ayahnya yang diburu sebagai teroris. Hanya saja, Rijal kini telah melamar Aira, seorang anak perempuan kenalan ayahnya. Kini, Rijal harus memilih antara melepaskan cintanya pada Kak Laras atau mempertahankannya dengan mengagalkan rencana pernikahannya dengan Aira. Kak Laras yang akhirnya mengetahui bahwa Rijal akan menikah, patah hati dan kembali menuju New Zealand, sementara Rijal harus menghadapi keluarganya maupun keluarga Aira dan mengungkapkan keinginannya untuk menggagalkan pernikahannya dengan Aira. Perjuangan Rijal untuk mempertahankan perasaannya terhadap Kak Laras yang bahkan harus melepaskan Aira empat hari sebelum pernikahannya hingga akhirnya menyusul Kak Laras ke New Zealand dan menikahinya merupakan skenario Tuhan yang tak pernah disangka-sangka.
Karya ini sangat simple namun pesannya begitu mendalam, terutama bagi saya pribadi *ehem*. Kisahnya banyak mengangkat tentang sastra, terutama puisi yang berjudul 'Hujan di Bulan Juni' yang secara kebetulan juga sangat saya kagumi jauh sebelum saya membaca buku ini. Interpretasi Rijal maupun Kak Laras dalam memaknai puisi ini, dituliskan oleh Kak Azhar dengan begitu mendalam. Saya sendiri menginterpretasi puisi ini dengan cara dan sudut pandang sedikit berbeda. Selain itu, banyak pesan-pesan agama tentang cinta yang (mungkin) saya tidak ketahui sebelumnya, menjadi sangat jelas di buku ini. Hal ini yang kemudian membangkitkan semangat saya untuk kembali berkaca dan menyikapi perasaan saya. Bagi saya, tidak ada yang lebih indah dari konspirasi semesta dalam skenario Tuhan, bagaimana kita bertemu dengan seseorang dan kemudian menyukainya. Kemudian harus berpisah dan mengikhlaskan, lillahita'ala. Bagaimana Tuhan kemudian mendengar dan menjawab semua pertanyaan besar kita, semua itu kemudian menjadi kejutan dalam kehidupan.
Dan, buku ini berhasil membuat saya terpana dengan gaya bahasa antara sastra dan agama yang Kak Azhar coba bawa lewat buku ini. Sejujurnya, baru pertama kali ini saya harus menandai banyak halaman yang mengandung berbagai kutipan penuh makna.
Buku ini benar-benar mengubah sedikit pandangan saya tentang skenario Tuhan Yang Maha Romantis, kemudian meyakinkan saya bahwa akan ada akhir yang bahagia jika kita mau bersabar, mau ikhlas, lillahita'ala. Ya, saya sendiri pernah mengalami pengalaman yang hampir serupa, di mana ada waktu ketika saya harus bersabar dan juga ikhlas, kemudian Allah memberikan saya kesempatan and everything happened! Bahwa penantian serta beragam 'tuntuntan' saya ke Allah akhirnya berbuah manis, Allah menjawab hampir seluruh 'tuntutan' saya. Betapa tidak ada yang lebih membahagiakan memang daripada itu semua, yaitu ketika Allah memberikan feedback atas apa yang kita perjuangkan selama ini. Ya, apalagi yang bisa membuat saya tersenyum lebar di hari ulang tahun saya ke-20 kalau bukan hadiah dari Allah yang sudah lama saya idamkan, meskipun tidak selama Rijal yang harus menunggu 5 tahun untuk bertemu Kak Laras.
"Ketika ekspresi rindu adalah doa,
tak ada cinta yang mulia.
Ketika ekspresi rindu adalah doa,
semua cinta adalah jalan surga."
-- Tuhan Maha Romantis, Azhar Nurun Ala.
Believe it or not, but Allah will gives you something that you've never imagined before, whether it's next year, next month, tomorrow, or tonight. Allah sungguh Maha Romantis. And, actually, universe conspiracy does exists.
No comments:
Post a Comment