Click If You Want To Know

Thursday 18 April 2013

Puasa Daud


   Yang saya ingat hanya ketika ia memperkenalkan saya dengan puasa satu ini. Dua tahun yang lalu, ketika saya berdebat dengannya mengenai puasa sunnah (yang sebenarnya tidak terlalu menjadi topik yang penting), saya mengatakan bahwa sebaiknya ia mencoba puasa sunnah Senin-Kamis setiap minggunya. Ia sempat menolak atau entah bagaimana saya hanya samar-samar mengingatnya. Kemudian, ia mengatakan bahwa ia akan mencoba puasa Daud. Saya yang pertama kali mendengarnya terheran-heran. Jujur, saya tidak pernah mendengar puasa satu ini. Kemudian dia menjelaskan kepada saya tentang puasa sunnah ini, puasa yang dilakukan dua hari sekali selama 40 hari, puasa yang pernah dilakukan oleh Nabi Daud. Ya, dia yang memperkenalkannya pada saya. Saat itu, saya merasa ia terlalu buru-buru dalam memutuskan. Menurut saya, sebaiknya ia mencoba puasa Senin-Kamis dulu, baru setelah ia kuat menjalaninya ia mencoba puasa Daud. Tapi, dia adalah anak yang sangat keras kepala.
   Selama sekitar tiga minggu-empat minggu ia lancar melakukan puasa Daud. Ia bilang ia melakukannya bersama adik dan mamanya. Baguslah, batin saya. Saya pribadi ingin sekali bisa melaksanakannya, namun saya masih ragu, takut nggak kuat. Jadi, saya menunggu waktu yang pas untuk melakukannya. Akhirnya, ia sempat break dari puasa Daud. Katanya ia tidak dibangunkan sahur atau Mamanya yang sedang tidak solat atau tidak ada makanan di rumah atau alasan lain sebagainya. Tapi terkadang ia kembali melakukannya. Siapa sih yang tidak senang ia melakukan kebaikan seperti itu?
   Lama setelah kejadian itu, tepatnya ketika saya menginjak di bangku kuliah, seorang teman dekat saya pernah mengajak saya untuk melakukan puasa ini pada awal-awal semester ganjil. Hitung-hitung hidup hemat. Namanya juga mahasiswa. Tapi sayangnya kami tidak sempat melakukannya. Entah mengapa, saya sendiri masih merutinkan puasa Senin-Kamis, tapi belum siap melakukan puasa Daud.
   Mungkin baru akhir-akhir ini Allah mengijinkan saya melakukan puasa Daud, insya Allah. Ya, saya mulai mencoba berpuasa dua hari sekali. Saya ingat sekali ketika ia memperkenalkan puasa ini pada saya. Really thanks to him. Dan ketika semalam saya melakukan sahur, saya membaca niat, seperti biasa. Kemudian saya menyadari sesuatu.

   Namanya.

   Tidakkah kalian menyadari? His name reflects Daud Prophet. Tidakkah kalian menyadari?

  Saya memang tidak tahu secara pasti karena namanya sendiri sangat asing untuk sebuah nama orang Indonesia. Saya yakin begitu orang pertama kali mengetahui namanya, mereka pasti menganggap dia adalah orang Kristiani. Ya. Adakah di Al-Quran menyebutkan nama “David”? Yang ada “Daud”.
   Saya pernah menganalisis (well, bukan menganalisis tepatnya, melainkan menduga-duga) bahwa beberapa nama yang ada di umat Kristiani merefleksikan nama-nama yang ada di Islam (Al-Quran), jika kita lihat asal-usul mereka yang saling berkaitan. Bagi umat Islam mungkin paham dengan maksud saya ini. Ya, Injil yang dibawa Nabi Isa AS dan Al-Quran yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah saudara. Tentu ada isinya tak mungkin berbeda karena mereka berasal dari “sumber” yang sama, meski tak semuanya sama persis. Dan saya menduga, orang-orang di jaman Nabi Isa pasti mengenal Malaikat Jibril, Nabi Daud, namun dengan interpretasi yang berbeda. Mungkin mereka menganggap “Gabriel” pada jaman itu tapi sebenarnya adalah “Malaikat Jibril” (look, even the pronounciation is almost the same), “David” yang sebenarnya “Nabi Daud”, “Joseph” yang sebenarnya “Nabi Yusuf”, “Noah” yang berarti “Nabi Nuh”, “Jacob” yang berarti “Nabi Yakub”, “Michael” yang berarti “Malaikat Mikail”, “Moses” yang berarti “Nabi Musa”, “Zachary” yang berarti “Nabi Zakaria”, dan mungkin masih ada beberapa lagi yang masih belum saya temukan. Ya, mungkin saya menduga-duga bedasarkan pronounciation mereka yang mirip-mirip lah. Tapi, entahlah kebenarannya. Harus dibuktikan dengan penelitian literatur lebih lanjut memang. Well, saya hanya orang awam yang tak paham. Hanya Allah satu-satunya yang Maha Mengetahui, isn’t He? Entahlah, mungkin juga memang ada yang bernama “Gabriel” atau yang lainnya pada masa itu dan berperan dalam penyebaran Injil atau bagaimanalah saya juga tidak tahu.
   Saya mohon maaf jika ada yang disinggungkan dari post ini karena sebenarnya saya tidak bermaksud menyama-nyamakan, hanya menduga saja. Sebagai manusia yang tidak sempurna dan khilaf, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
   Back to the main point. Jadi, begitulah. Ya, sekali lagi, ketika saya mengucapkan niat berpuasa, saya baru menyadari bahwa hal ini merefleksikan namanya. Rasanya saya ingin tertawa menyadari kenyataan seperti ini. Well, bagaimana tidak? Dia orang pertama yang mengenalkan saya dengan puasa sunnah satu ini, mengajarkannya, memotivasi saya untuk melakukannya, dan nama puasanya merefleksikan namanya, menurut interpretasi saya sih. Tapi setidaknya... well, closest pronounciation lah. Rasanya seperti puasa sunnah ini terinspirasi oleh sebuah nama yang mengajarkannya pada saya. Dan, tentu saja hanya saya yang merasakan. Kebetulan yang sangat aneh, huh?

   I may call it another “Universe Conspiracy”. Silakan jika kalian berpikir saya mengada-ada.

   Subhanallah. Hanya Allah yang tahu. But, really thanks to him. Lewat dialah saya merasa jauh lebih dekat dengan Sang Pencipta Alam Semesta. Mungkin, kami memang dijodohkan untuk bertemu, meski hanya sejenak saja. Alhamdulilah. Nikmat Allah mana yang saya dustakan?

   Paling tidak, saya punya sebuah alasan lagi untuk tidak membenci kehadirannya dalam hidup saya.


No comments: