Click If You Want To Know

Saturday, 28 March 2009

Jelang Pemilu : Ramai Kampanye Nggak Perlu

Nulis blog ini terinspirasi dari bapak-bapak dan ibu-ibu caleg yang semangat banget dengan obralan janji-janji mereka...


Telinga rasanya panas banget dengerin 'mulut manis' para caleg yang sekarang lagi musim-musimnya. Dan semua caleg pasti obral janji 'menyejahterakan rakyat'. Ya. Rakyat disejahterakan saat musim pemilu kayak begini doang. Untuk selanjutnya??

Apalagi ada salah satu partai besar yang nggak punya pendirian banget. Jelas-jelas hampir semua rakyat tahu bahwa sang pemimpin partai nggak setuju sama yang namanya BLT. Tapi kenapa di iklannya BLT dicantumkan?? Itu kan berarti partainya nggak punya pendirian. Lagipula janji sembako murah, menurutku, adalah bullshit. Memang siapa penjual sembako? Sang pemimpin partai? Selama ini masyarakat Indonesia dipermainkan oleh pemerintah dan juga para pedagang atau pemberi jasa. Tapi kalau menurutku, lebih tepatnya, kita dipermainkan oleh para pedagang atau pemberi jasa. Sebagai pandangan, waktu BBM naik, sembako juga naik. Hal yang wajar. Pas ada berita gaji PNS naik, sembako naik juga. Ini mulai nggak wajar.

Bayangin deh, apa hubungannya naiknya gaji PNS sama sembako? Kalau BBM naik sih ada keterkaitan yang erat. Kalau gaji naik sama sembako? Nggak ada match-matchnya kan??

Trus adalagi, dan hal ini yang membuatku bertambah yakin kalau kita dipermainkan oleh pedagang. Saat ini ketika BBM sudah turun ke harga semula, para pedagang malah tidak menurunkan harga sembako. Malahan ada beberapa sembako dan beberapa bahan makanan lainnya harganya malah naik. Itu kan berarti bukan sepenuhnya salah pemerintah juga.

Kalau bicara BBM, pada hari Sabtu, 28 Maret 2009 diadakan pemadaman lampu selama 60 menit dari pukul 20.30-21.30 untuk peduli terhadap gerakan hemat energi dan peduli terhadap bahaya global warming. Saya sangat mendukung kegiatan ini. Memang kegiatan ini dirasa sudah terlambat. Dan apa sih hubungannya listrik dengan global warming??

Seperti yang kita ketahui, global warming atau pemanasan global merupakan suatu dampak lingkungan dari limbah yang dihasilkan teknologi masa kini yang berupa naiknya suhu di permukaan bumi. Global warming ini rata-rata diakibatkan pembuangan emisi gas, seperti asap kendaraan dan industri yang mengandung CO2 yang juga mengakibatkan lubang ozon disekitar kutub selatan bumi. Apalagi kendaraan saat ini telah melimpah ruah dan BBM yang merupakan sda yang tidak dapat diperbaharui juga semakin menipis. Sedangkan listrik kebanyakan masih menggunakan BBM. Jadi, dengan kita menghemat energi, kita dapat mengurangi penggunaan BBM.

Kembali lagi ke para caleg. Mungkin ini adalah saat yang tepat bagi para caleg untuk unjuk gigi memberikan bantuan kepada korban air bah situ gintung. Well, bagi para caleg yang mau caper nih, good luck ya!! Kudoakan semoga 'caper'nya bisa berhasil. Tapi mendingan kampanyenya seperti ini saja, daripada kampanye keliling kota, buang-buang CO2 plus nambah merusak bumi. Daripada bikin spanduk mahal-mahal, bikin poster, pamflet, brosur, yang buang-buang duit plus bikin hutan tambah berkurang untuk bikin kertasnya, mendingan duitnya buat bantu korban bencana alam. Kan yang untung juga kedua belah pihak, si korban dan si caleg.

Buat korban bencana alam situ gintung (sebenarnya bukan bencana alam sih), semoga tetap sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan. Amin.

Buat para caleg, good luck ya!! Semoga sukses dan banyak pemilihnya.

--retnopoespita--

Saturday, 21 March 2009

Twilight fever


Aku udah selesai baca Breaking Dawn dan... harus aku acungi jempol!! Dan setelah melakukan riset kecil-kecilan, ternyata di dunia ini ada penyakit baru bernama TWILIGHT FEVER. Dan ini hanya menyerang para vampire freak (termasuk aku sih..). Penyakit ini merajalela begitu Breaking Dawn terbit. Ciri-ciri twilight fever yaitu :


  1. Terobsesi ingin menjadi vampire (seperti The Cullens)

  2. Terobsesi membaca pikiran orang (seperti Edward Cullen)

  3. Terobsesi melihat masa depan (seperti Alice Cullen)

  4. Selalu membicarakan tentang cerita The Twilight Saga

  5. Terobsesi menjadi Isabella Swan

  6. Mengagungkan Edward Cullen

  7. Terlalu peka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan The Twilight Saga beserta isi-isinya dan para pemerannya.

  8. Menggebu-gebu jika menceritakan kembali atau ditanya tentang The Twilight Saga

  9. Terobsesi menjadi Renesmee Cullen

  10. Mengaku Twilight adalah satu-satunya film terbagus, teromantis, dan ter-ter lainnya

Apabila anda melihat seseorang yang mempunyai ciri-ciri minimal 4-5 ciri seperti poin-poin di atas, seseorang tersebut bisa dibilang positive mengidap twilight fever. Berhati-hatilah karena fever ini mudah sekali menular.


--retno poespita--

TPA, something which nothing...

Senin besok, semua siswa kelas 9 se-kabupaten jember akan melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA). Pelaksanaan TPA ini bisa dibilang sangat mendadak. Bayangkan saja, pengumuman pelaksanaan TPA dilakukan sebulan sebelum pelaksanaannya. Apalagi materi yang diujikan yaitu materi yang ada pada SKL UAN plus materi kelas 1 SMA. Mana mungkin dalam waktu satu bulan siswa dapat menangkap materi SMA??

Bisa dibilang siswa kelas 9 pada periode kali ini agak apes dimana pelaksanaan UAN bertabrakan dengan pelaksanaan pemilu. Selain itu nilai rata-rata minimun kelulusan dinaikkan menjadi 5.5, naik 2.5 dari tahun lalu.

Sebenarnya bukan masalah lulus atau tidak lulus. Yang terpenting dari semua ujian adalah NILAI yang memadai. Lulus tapi nilai pas-pasan juga sudah cukup menciutkan. Apalagi saat ini setiap sekolah memiliki standar murid sendiri. Maunya semua sekolah pasti punya murid yang excelent, apalagi sekolah-sekolah favorit. Sekolah favorit, murid juga harus favorit dong!!

TPA ini akan menentukan nasib murid-murid kelas 9 dan juga kelas 6 untuk masuk di sekolah lanjutan yang mana, apakah sekolah dengan standar internasional, nasional, atau standar biasa saja. Jadi nantinya murid-murid yang mengikuti TPA ini tidak perlu mengikuti ujian PSB (Penerimaan Siswa Baru) yang biasa diadakan tiap tahun.

Tapi kenyataannya ada beberapa sekolah yang tidak mau mengikuti standar TPA yang diadakan oleh Diknas Kab. Jember. Sekolah-sekolah tersebut memilih untuk mengadakan tes masuk sendiri. Huh, itu menambah penderitaan yang berkepanjangan bagi murid yang akan masuk ke sekolah tersebut karena ujian ditambah satu lagi.
--retno poespita--