Click If You Want To Know

Sunday, 29 December 2013

Belajar Mencintai

   Finally, the end of this year is comiiiing! My last course meeting is just the same like the last week in this year. New year, time a new hope, new dreams, new achievements, new records, new spirits, new ambitions, brand new me.

   Dan, tahun ini benar-benar ditutup dengan beragam kegagalan dan kekecewaan yang menguatkan. Alhamdulilah, segalanya pasti ada yang mengatur, dan dari sana ternyata saya belajar banyak hal yang insyaAllah bisa menguatkan saya kedepannya.

   Well, starts from my failure in BEM fac's recruitment. It's not about my failure actually, but it's about the gap between who are failed and who are getting the chance to join in the ministry. It's like I'm going to a memory in the past when I knew who were my friends who could pass the new student selection. It's the same.

   Dari awal saya tahu saya tidak lolos, saya banyak merenung, apa yang salah? Saya mengamati setiap gerak-gerik teman-teman saya yang lolos maupun yang tidak, well, for me it's too much gap. Namun, saya hanya bisa berbesar hati. Positive thinking, kalau ternyata saya (kata kakak angkatan) kurang "menjual" atau memang kurang dari kualifikasi yang dibutuhkan oleh kabinet. Kalau alasan seperti itu saya bisa legowo.

   Then, most of my friends, who is failed joining BEM fac, suddenly they decided to join BEM univ recruitment. And yesterday, I got their good news. Most of them are qualified and they're now BEM univ's members. Really glad to hear that :)

   Entah mengapa saya tidak terlalu tertarik untuk join di BEM univ karena... sebenarnya ada satu niat saya ketika saya bisa mewakili teman-teman di fac. Orientasi saya masih saya ingin mengembangkan fac dan teman-teman semuanya. Saya masih ingin menjadi agen fac yang baik... ceileh. Ya begitu lah. Tapi, meskipun ada hambatan di depan saya, insya Allah saya akan menjadi agen fac yang baik dengan cara dan jalan yang lain. Iya, saya percaya Allah bakal ngasih jalan yang lain. (Yes, and I'm now trying hard for it.)

   Wah, saya jadi banyak curhat dari biasanya. Lalu, apa kaitannya dengan judul postingan saya?

   Entah saya disadarkan atau bagaimana, tapi yang jelas sejak kegagalan saya itu, saya banyak belajar. Belajar mencintai lebih tepatnya. Saya iseng datang ke perpustakaan untuk mencari buku yang mungkin bisa saya baca. Saya menemukan satu buku tentang perubahan perekonomian di Jepang. Entah mengapa saya sangat tertarik.

   Kalau kalian baca postingan saya sebelum-sebelumnya, well, it's a lil bit hard for me to study economics in advance, while I'm still in love with natural science and laboratories and any kind of practices, how I still admire astronomy and become an astronomers someday. Studying economics means I have to re-instal my thought from natural science to social science. 

   Saya pernah, di alah satu pertemuan mata kuliah ekonomi, saya menangis ketika melihat ke papan tulis. Alay sih sebenarnya, tapi rasanya di dalam sini ada yang memaksakan saya belajar ini semua, sementara teman-teman yang lain bisa berdiskusi dengan dosen, saya hanya melongo, tidak tahu apa-apa, seperti saya berada di dunia berbeda. Iya, saya nangis. Rasanya saya ingin keluar dari ruangan itu saat itu juga. Dosen ngomong apa, teman-teman saya merespon bagaimana, pikiran saya nggak bisa connect dengan itu semua.

   Mungkin kalau anak-anak yang lain merasakan seperti apa yang saya rasakan, mereka akan berpikir, "Ah kalau kayak gitu sih mending gue tidur aja." Itu sih buat anak-anak yang nggak niat belajar. Emang situ niat belajar? Kalau mata kuliah ini sih kan mau nggak mau harus diambil, jadi niat nggak niat harus niat. Apalagi saya bercita-cita menjadi Gubernur Bank Indonesia yang berorientasi pada pengembangan sektor pertanian. Mau nggak mau ya harus niat di mata kuliah ini karena mata kuliah ini penentu banget kamu paham atau nggak soal share pertanian di dunia perekonomian Indonesia.

   Back to the problem...

   Entah mengapa selalu saat mata kuliah itu saya tiba-tiba rindu. Rindu fisika, rindu biologi, rindu kimia, rindu nge-lab, rindu bikin laporan (iya, kangen banget sama laporan).
   Tapi, ada satu mata kuliah yang saya bener-bener niat banget dari ujung kaki ke ujung kepala, makroekonomi. Asyik aja menurut saya. Dari mata kuliah itu, kamu jadi tahu seberapa sulitnya petinggi-petinggi Bank Indonesia dan juga Pemerintah menetapkan kebijakan untuk menurunkan dampak depresiasi kurs Rupiah, atau menurunkan inflasi, merespon harga komoditas di pasar dunia, dan blablabla yang kamu pasti pusing banget mikirinnya. Kalau dibuat satu kebijakan, akan ada opportunity cost, dimana ada dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjangnya. Pantes aja Gubernur Bank Indonesia gajinya mahal karena pasti mempertimbangkan kebijakan yang baik untuk perekonomian Indonesia itu sama sekali nggak mudah dan sering banget melenceng dari teori makro.

   Dari sana, saya belajar mencintai. 

   Belajar mencintai dunia yang benar-benar lain. Belajar mencintai apa yang semula menjadi kegalauan saya,. Belajar mencintai agar saya bisa menjadi agen yang baik. Belajar mencintai agar saya lebih totalitas mengembangkan apa yang ingin sekali saya perjuangkan, namun dengan jalan yang berbeda. 

   Belajar mencintai titel sarjana saya 2 tahun lagi, lol.

   Banyak sekali orang-orang yang menginspirasi saya dan menjadi pembelajaran bagi saya. Sering saya mengamati seseorang, mencoba melakukan apa yang biasa mereka lakukan, kemudian mengamati apa yang terjadi jika saya seperti mereka. Tapi saya mengerti, menjadi seperti mereka tidak akan menjadikan saya sama seperti mereka. Menjadi diri sendiri memang poin penting keberhasilan, siapapun pasti akan berkata seperti itu.

   Kembali akhirnya saya banyak belajar. Belajar mencintai. Belajar mencintai diri sendiri. Belajar mencintai kekurangan maupun kelebihan diri sendiri. 

   Sebenarnya satu lagi hal yang menutup minggu (galau) terakhir tahun 2013 ini. Sekali lagi berita buruk bagi saya, ha ha. Well, saya belajar mencintai... tepatnya menyayangi orang lain. Dan sepertinya, panah asmara malaikat percintaan masih belum membidik dengan tepat ke orang saya suka (lagi-lagi). Never mind, ha ha. Hanya kecewa melihat status orang yang saya sayang sepertinya... ah sudahlah. Mungkin, saya harus belajar mencintai orang yang lebih lain lagi. Menunggu waktu dan tempat yang tepat. Menunggu Allah mempertemukannya dengan saya, ha ha. Semoga yang.......... (aamiin), lol.

   Well, entah kenapa saya penasaran dengan orang yang disukainya. Ada yang mau jadi agen kepo untuk saya? LOL



No comments: