Click If You Want To Know

Saturday, 1 January 2011

Surat Untuk Matahariku

   On this chance, let me share you a short stories that was joined a competition, but it's failed. Ha ha, what a pity. T.T
   And because it's failed, and I guess they won't publish it, so I'll publish it on my blog. Give your comments, guys! Honestly, the story is a bit.... not really can be said as short story. I guess it's more like curhat. He he. But, but I really need your comments about this 'short story', guys!
   For a little information, this story is a half fiction story. I guess only the writer and some people who know which one is the fact, the real one. But most of all are fiction. If there are similarities, it just a coincidence. The story is, of course, in Bahasa. He he. Enjoy the story, guys! :)



Surat Untuk Matahariku



Surabaya, 10 Oktober 2010
Dear Nur Alandis Ramadhan,
Aku menulis surat ini sesaat setelah pertemuan kita sore itu. Aku nggak pernah mengira akan begini akhir ceritanya. Tapi apa boleh buat, aku percaya Tuhan sudah menggariskan semuanya seperti ini. Uh, sepertinya benar katamu, aku terlalu percaya takdir Tuhan. Tapi tu hal yang benar, bukan? Oke, aku nggak akan berpanjang lebar lagi. Tapi sebelum kamu membaca paragraf selanjutnya, aku harap kamu tidak ada rasa ingin meremas dan melemparkan surat ini ke dalam tong sampah.
Sebelumnya, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan ‘Matahari’? Karena sesungguhnya ‘Alan’ berarti ‘Matahari’. Ya, aku mencari arti namamu di Internet dan tiba-tiba aku merasa menyukai Mamamu atau Ayahmu, pokoknya siapa sajalah yang sudah memberikan nama yang indah untukmu. Mau tahu arti namamu? Artinya ‘Cahaya Matahari di Bulan Ramadhan’. Aku yakin kamu nggak pernah tahu soal arti namamu ini, ya kan? Ha ha, aku tahu sifatmu, semua belangmu. Aku juga yakin semua orang, atau bahkan cewek yang kamu pedekate-in sekarang juga nggak tahu sama arti namamu. Paling cuma tahu yang paling depan dan yang paling belakang doang. Kalau itu, Pak kebun sekolah juga pasti tahu.
Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu. Aku benar-benar nggak bohong waktu bilang aku selalu memperhatikanmu selama ini. Buktinya aku tahu setiap detail tentang kamu. Mulai dari nomor handphonemu, hobimu, makanan favoritmu di kantin, barang yang sering kamu pakai, warna favoritmu, acara tv yang paling kamu suka, plat nomor sepeda motormu, dan masih banyak lagi yang nggak akan kelar kalau aku sebutkan semuanya di sini. Dan meskipun kita jarang keep contact, tapi aku tahu apa yang sedang kamu lakukan. Aku nggak bohong pas bilang aku punya mata-mata untuk mengamatimu. Dia benar-benar orang terpercaya yang bisa diandalkan untuk mengamati semua gerak-gerikmu.
Tapi jangan takut. Sudah agak lama orang itu aku bebas tugaskan. Aku benar-benar nggak bohong waktu aku bilang aku sudah membebaskanmu dari dalam hatiku. Matahari, aku benar-benar sudah lelah menunggu keajaiban agar kamu suka padaku. Dan kini aku sadar keajaiban itu tidak akan pernah ada, sampai kapanpun. Aku tahu selamanya kamu hanya teman lamaku, oh bukan, kamu hanya bintang yang tak bisa kujangkau. Meskipun Matahari adalah bintang yang terdekat dengan Bumi, tetap saja aku tak bisa menjangkaumu. Kamu bersinar terlalu terang, terlalu panas, terlalu menyilaukan. Berbeda dengan Matahari yang setiap pagi kulihat muncul dari ufuk timur. Tapi, karena itulah aku menyukaimu hingga menjadikanmu cinta pertamaku, karena kamu berbeda.
Dengan senang hati aku berseru, ‘Kamu cinta pertamaku, Matahari, kamulah cinta pertamaku!’ Aku nggak ingat kapan pertama kali aku bisa tertarik padamu. Tapi sejak pertama kali kamu menginjakkan kaki ke kelasku sebagai murid baru, aku merasa kamu berbeda dengan cowok lain yang pernah aku lihat. Sampai sekarang, menurutku kamu cowok yang sangat berbeda, sampai-sampai aku nggak punya satu alasan logispun kenapa aku bisa menyukaimu.
Tapi satu hal yang aku tahu, aku senang berada di dekatmu, meski hanya duduk di pinggiran lapangan melihatmu bermain bola merah yang terpantul-pantul di antara telapak tanganmu dan paving lapangan. Mengamatimu dari jauh memang rutinitasku selama berbulan-bulan kemarin. Aku nggak bosan dan sepertinya nggak akan pernah bosan, meski kini kegiatan itu hanya sepintas kulakukan. Karena aku nggak akan bohong kalau aku masih mengagumimu.
Dan melalui surat ini, aku  ingin kamu tahu semua hal yang selama ini aku pendam. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah cukup lama menyukaimu. Bahkan jari-jari yang kumiliki nggak akan cukup menghitung berapa lama aku menyukaimu. Aku yakin kamu pasti tertawa begitu mengetahuinya karena selama ini kamu berpikir bahwa baru-baru ini saja aku menyukaimu. Satu kesimpulan yang salah. Apa kamu nggak sadar kenapa 21 bulan yang lalu (tepatnya tanggal 10 Januari 2009 dan aku nggak akan pernah melupakan tanggal itu) aku nggak berkutik saat kamu menyapaku di toko buku? Itu karena aku nggak siap buat ketemu sama kamu. Tiba-tiba kamu menyapaku setelah sekian lama kita nggak pernah bertegur sapa. Aku grogi, Matahari. Bukan karena aku sombong gara-gara aku masuk kelas unggulan, bukan juga karena aku sudah berubah menjadi anak rajin dan alim yang cuek sama cowok macam kamu.
Meskipun kamu bandel, kamu berandalan, kamu nakal, kamu candu rokok, aku sama sekali nggak peduli. Rasa cintaku menutupi semua kekurangan kamu. Aku nggak pernah peduli apa kata teman-temanku soal kamu. Kamu tahu, dulu aku sering menutup kedua telingaku ketika teman-temanku berbicara nggak enak soal kamu. Aku nggak mau dengar keburukanmu, meski aku tahu dan aku sadar akan hal itu. Orang tuaku juga pasti menangis kalau tahu anak perempuan satu-satunya ini menyukai cowok macam kamu. Tapi aku tahu, dibalik semua keburukanmu, kamu punya sisi yang istimewa yang nggak semua orang punya. Kamu punya kharisma yang luar biasa menariknya, sampai-sampai mantan-mantanmu juga bukanlah gadis-gadis biasa. Kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis yang mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan sifatmu. Mereka baik, cantik, pintar. Tuh, kan, sangat berbeda. Banyak orang yang heran kenapa mereka bisa mau sama kamu. Mungkin aku tahu alasannya. Aku yakin alasan mereka nggak jauh-jauh sama alasan yang aku miliki, meski sebenarnya aku juga bingung apa alasannya.
Bersyukurlah, kamu bukan cowok yang buruk-buruk amat. Meski kelakuanmu menyebalkan dan nggak ada cakep-cakepnya sama sekali, tapi kamu masih beruntung kalau soal cinta daripada cowok-cowok pinter dari klub ilmiah yang aku yakin nggak laku-laku (atau sebenarnya mereka yang nggak mau pacaran dulu gara-gara terlalu serius belajar, entahlah). Masih banyak orang yang memperhatikanmu, peduli sama kamu, termasuk aku.
Oh ya, ada satu hal yang akan selalu kuingat selama hidupku. Aku ingat ketika kamu memberikanku sebuah gambar kelinci kecil yang lucuu sekali, hasil tanganmu sendiri. Tahukah, aku masih menyimpannya dengan rapi di satu halaman diaryku. Nggak akan kuijinkan siapapun untuk mengotorinya, atau bahkan merusaknya! Itu pemberianmu yang pertama, dan rasa senangku sungguh nggak bisa dilukiskan saat itu. Mungkin sekarang kamu sudah lupa dengan kejadian itu. Ya, kamu memang cowok terpikun yang pernah aku temui! Lagipula hal itu pasti nggak berarti apa-apa buat kamu. Pantas saja kamu nggak pernah ingat beberapa kejadian konyol kita dulu.
Tapi sejak kamu memberiku gambar kelinci itu, aku jadi suka banget sama hewan kelinci. Aku punya banyak koleksi pernak-pernik kelinci di rumah, dari yang model apa sampai model apa, ada semua. Dan ketika aku merindukanmu, kelinci-kelinci itulah yang mengobati rasa rinduku. Serius, aku nggak bohong! Itulah mengapa aku suka banget sama apapun yang berbau kelinci, jawaban dari pertanyaan konyolmu waktu itu.
Tapi melupakanmu dan melepaskanmu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan sekarang. Hatiku mantap untuk meninggalkanmu dan menghapus semua impian untuk kita bisa saling bersama. Aku tidak akan berangan-angan untuk menjadi kekasihmu, tidak lagi. Dan percayalah padaku, aku mantap dengan keputusanku itu.
Matahariku, kali ini aku mengucapkan banyak sekali terima kasih. Karenamu, aku bisa merasakan pahit manisnya jatuh cinta (meski lebih banyak pahitnya sih). Karenamu, paling nggak aku nggak dicap sebagai anak aneh yang hanya bisa berkutat dengan buku-buku ilmiah, paling nggak aku akan tunjukkan bahwa aku juga punya cinta pertama.
Terima kasih telah mengisi relung hatiku selama berbulan-bulan dan nggak buat masa mudaku datar. Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk menyinari dan membuat hidupku lebih berwarna, meski aku tahu kamu nggak sadar sama semua itu.
Terima kasih juga karena telah membuatku menyukai banyak hal! Aku menyukai apa yang kamu suka, basket. Aku menyukai gambar yang kau berikan untukku, seekor kelinci kecil. Aku menyukai tanggal dan tempat dimana kita pertama bertemu setelah sekian lama kita tidak berjumpa, tanggal 10 Januari 2009 di toko buku.
Dan terima kasih kamu sudah mau mendengarkan kata-kataku sore tadi. Sungguh aku lega telah mencurahkan semuanya padamu.
Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan. Tapi aku yakin kamu pasti malas ketika menerima surat dariku ini, terlalu panjang dan ribet. Aku tahu kamu benci keribetan. Sialnya tanpa sadar aku sudah menulis banyak sekali, berlembar-lembar pula. Tapi daripada aku menutupi semuanya dan berbohong? Baiknya aku menuliskan banyak hal di sini, membuka semua, atau sebagian besar, hal yang mengendap di dalam hati ini selama berbulan-bulan lamanya. Aku tahu kamu paling benci dibohongi. Dan kamu pasti langsung bad mood kalau tahu ternyata kamu dibohongi. Ah, tuh kan aku berpanjang lebar lagi.
Dan maaf jika selama ini aku mengganggumu. Kau tahu, aku tidak akan pernah menyesal telah mencintaimu.
Namamu akan selalu tersemat manis di dalam hatiku, Matahariku, inspirasi luar biasaku.
Yang dulu mencintaimu,
             Renata

*PS : By the way, terima kasih, ya, sudah mau bersabar membaca suratku yang panjang ini sampai akhir. J

How's the story, guys? I really need your comments.

1 comment:

Anonymous said...

ini si dia ya ret? critamu kontras banget sma critaku.haha :p